The Sociology of Education: Menyingkap Hubungan Sosial dalam Dunia Pendidikan
Sosiologi pendidikan adalah cabang ilmu yang meneliti bagaimana institusi publik dan pengalaman individu memengaruhi pendidikan serta hasil akhirnya. Fokus utamanya terletak pada sistem sekolah publik di masyarakat industri modern, termasuk perkembangan pendidikan tinggi, pendidikan lanjutan, pendidikan orang dewasa, dan pendidikan seumur hidup.
Secara umum, pendidikan dipandang sebagai upaya manusia yang optimis—dipenuhi harapan akan kemajuan dan perbaikan. Banyak yang melihat pendidikan sebagai alat untuk mengatasi hambatan sosial, meraih slot gacor maxwin kesetaraan yang lebih besar, serta mendapatkan kekayaan dan status sosial. Pendidikan juga dianggap sebagai ruang bagi individu, baik anak-anak maupun orang dewasa, untuk tumbuh dan berkembang sesuai potensi unik mereka. Melalui interaksi sosial dalam pendidikan, pengembangan diri dapat terus terjadi, tanpa mengenal batasan usia.
Namun, kenyataan di lapangan tak selalu seindah teori. Meskipun banyak yang meyakini bahwa tujuan utama pendidikan adalah memberi kesempatan yang adil bagi semua individu untuk mencapai potensi maksimal mereka (dikenal dengan istilah meritokrasi), sedikit yang akan berargumen bahwa sistem pendidikan mana pun telah mencapai tujuan tersebut dengan sempurna. Kritik terhadap sistem pendidikan menyebut bahwa pendidikan justru mereproduksi ketimpangan sosial yang sudah ada, bukannya menghapusnya. Dalam pandangan ini, sosiologi hadir sebagai kajian hubungan antarmanusia dan bagaimana hubungan tersebut membentuk struktur pendidikan.
Fondasi Teoritis dalam Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan secara sistematis dimulai dari pemikiran Émile Durkheim yang menekankan pendidikan moral sebagai dasar solidaritas sosial. Max Weber turut menyumbang melalui kajian tentang literati Tiongkok sebagai alat kontrol politik. Pasca Perang Dunia II, muncul minat baru terhadap peran pendidikan dalam masyarakat: mulai dari fungsionalisme teknologi di AS, reformasi kesetaraan di Eropa, hingga teori modal manusia dalam ekonomi.
Semua pendekatan ini berpandangan bahwa industrialisasi membutuhkan tenaga kerja yang terampil secara teknologi, yang secara otomatis akan mengurangi perbedaan kelas dan membuka mobilitas sosial. Namun, penelitian lapangan menunjukkan bahwa pencapaian akademik tetap erat kaitannya dengan kelas sosial seseorang. Ini menegaskan bahwa pendidikan hanya mampu mendorong mobilitas sosial dalam batas yang terbatas.
Perspektif Teoretis: Dari Data hingga Ideologi
Dalam sosiologi pendidikan, terdapat beragam teori. Tradisi Political Arithmetic menonjol sebagai pendekatan kritis kuantitatif terhadap ketimpangan sosial. Tokoh-tokoh seperti Glass, Floud, dan Halsey mengungkap bagaimana struktur sekolah memperkuat ketimpangan kelas sosial di Inggris. Kajian ini kemudian meluas mencakup isu gender, etnisitas, hingga perbedaan internasional.
Sementara pendekatan ini berpegang pada bukti empiris dan kebijakan sosial, muncul kritik dari New Sociology of Education pada 1970-an yang menolak metode kuantitatif dan mendorong metode kualitatif. Meski sempat terjadi perpecahan metodologis, kini pendekatan campuran mulai digunakan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih holistik.
Sosiologi pendidikan tak hanya membongkar struktur tersembunyi dalam sistem pendidikan, tetapi juga menantang asumsi bahwa pendidikan selalu membawa kebaikan. Di balik bangku sekolah dan kurikulum, terdapat relasi kuasa, politik, dan perjuangan sosial yang terus bergulir.